Semuanya terasa dingin dan kaku.
Aku menarik selimutku kembali dan mendengarkan alunan musik syahdu milik
Bondan, Not With Me, dari laptopku. Ahh.. tapi sayang, aku teringat kembali
dengan seseorang. Sial… kesalku! Sangat kesal. Bukannya aku tidak bisa melupakan (dan aku juga tidak
ada niat melupakan sahabatku sendiri lhoo…), tapi lagu itu begitu pas (di
pas-pas kan saja dengan keadaanku dan liriknya… ^o^), dengan jauh dan tidak ada
kabar sama sekali dari dirinya. Aku harap dia baik-baik saja disana. Entah apa
yang sedang dia dan mereka lakukan disana, entah apakah dia juga masih ingat
aku atau tidak. Entahlah, aku berusaha seakan-akan tidak ingin peduli dengan
keadaan. Aku ingin sibuk disana sini, aku ingin terlihat hati ini tetap segar
(tegar juga). Tetap ceria seperti apa adanya meski ada sesuatu yang mengusik
ketenangan jiwaku. Hmm.. sambil menghela nafas, aku menulis sebuah syair yang
kutujukan padanya dari hatiku. Kutekan tombol delete dan kuketik huruf huruf
yang menari-nari di depanku bersama spasi. Beberapa kalimat telah berbaris,
paragraph menjadi komandan, namun ku tekan kembali tombol Ctrl A dan kemudian
delete, rasa-rasanya kertas itu menjadi semakin indah dalam kosong. Musim
dingin di Jerman membuatku ingin membuat minuman jeruk manis hangat lagi. Namun
aku malas beranjak dari sofa ruang tengah yang empuk ini. Dan tayangan di TV pun
masih tentang football… Rasanya aku ingin seperti pak Habibie yang pindah
kewarganegaraan ke Jerman.
“Hidup ini adalah sebuah
pertanyaan dalam diam. Karena semuanya adalah kosong. Kosong seperti botol yang
harus diisi. Dan sudah menjadi alasan jika menusia tidak menyukai sesuatu
sepi”.
Akhirnya sampai kalimat itu aku
tidak menekan tombol delete untuk yang kesekian kalinya.
Sudah 2 tahun lalu dia
mengucapkan goodbye pada kami, padaku. Kami adalah 2 orang sahabat dalam
berbagai (beberapa, red.) hal. Meskipun warna kami berbeda, tapi kami bisa
mengerti satu sama lain. Ibaratnya, hanya dengan isyarat dia mengernyitkan dahi
atau isyarat tangan, juga isyarat melalui kalimat tersirat yang bahkan tak satu
orang pun paham akan arti didalamya kecuali aku. Kami tahu apa maknanya.
Entahlah, mungkin kami adalah saudara kembar yang terpisahkan pada zaman
penjajahan Portugis, atau pada saat Mpu Tantular bersemedi di goa pedalaman
sebelum membuat keris saktinya. Dan pernah terbersit dalam pikiranku,
jangan-jangan sebenarnya dia adalah bapakku, atau malah anakku???? Hahaha..
konyol sekali memang.
Pertemanan kami bisa dibilang
sangat biasa, termasuk persahabatan yang formal… bahkan jika perlu saat akan
menjelaskan sesuatu (mengobrol) sebaiknya membawa LCD proyektor untuk kemudian
diseminarkan dihadapannya dengan bahasa yang formal, tentunya EYD yang
disempurnakan (terdapat beberapa slide menarik juga), haLaahhh…
Sekali lagi, dia sama sekali
bukanlah ibuku, karena dia seorang pria. Juga bukan anakku karena aku masih
belia. Bapak kamu…… laki-laki kan???
Dan lagi-lagi dia itu bukan bapakku. Hadeuuuhh.. gak jelas banget… Maksud saya
disini adalah, teman saya itu adalah seorang berjenis kelamin L, dengan
golongan darah merah karena dia bukan vampire yang biru darahnya (terkecuali
dia adalah Edward Collins ‘Twilight’, bolehlah…). Namanya aku tidak ingin
menyebutkan, sebut saja “bunga”.
Uppss.. terlalu feminim. Ayo kita sebut saja Dahlan Aria Surya Kencana. Nama
panggilannya Dahlia, Bunga Dahlia yang mengingatkanku pada penyanyi dangdut
tanah air.. Ikke Nurjanah… ehh maksud saya.. IIs Dahlia…. Hoorreeyyy.. dan
penonton pun bersorak ketika gawang Chelsea digondol oleh Arsenal… Kemudian
akupun langsung memindahkan channel TV tadi dari siaran sepakbola ke serial
drama yang sebentar lagi tayang.
Sebetulnya nama Dahlan Aria Surya
Kencana adalah nama yang tiba-tiba muncul dibenakku, barusaja. Mungkin ini
adalah ilham karena ku baru saja mengingat nama kakek moyang Buyutku, Dahlan,
beserta temannya Aria menggunjungi makam Raden Surya Kencana di Puncak Gunung.
Mitos, hanya mitos. Baiklah, nama sahabatku sebut saja Sasuke, karena seperti
dalam film naruto, dia cuek dan dingin, so cool
pula.
Malam ini membuatku ingin tidur
lebih cepat berharap esok bisa menjadi lebih baik dari hari ini dan lebih banyak
kegiatan yang bisa kulakukan, maklum musim dingin kali ini membuatku sedikit
demam. Tidak seperti biasanya. Rasanya aku ingin makan bajigur Pak Sholeh yang
ada di dekat pangkalan angkot tepi jalan persimpangan antara jalan Batu dan
jalan Aspal (mamang itu nama jalannya, bukan karena kondisi jalan yang berbatu
dan beraspal). Kedai yang sederhana hanya warkop biasa, tapi sering dikunjungi
orang yang menyukai atau ingin mencicipi makanan khas sunda, bajigur, pisang
dan ubi rebus, surabi, dan masih banyak lagi. Tempat yang tepat untuk nongkrong
bereng abang-abang supir angkot dipadu dengan alunan musik sundaan, seruling
yang tenang dibawah pohon rindang. Namun jangan salah, tidak hanya abang-abang
angkot saja yang ada disini, anak-anak muda, mahasiswa, dan anak sekolah pun
banyak yang membeli cemilan disini, selain unik, tempatnya juga bersih dan
bersahaja.
Sebaiknya
aku segera bergegas ke kamar tidur saja. Mematikan laptop dan TV, menuju kamar
no 6 dengan pintu coklat yang disana menempel sebuah kertas warna pink motif
bunga sakura dengan tinta timbul berwarna hitam yang terbaca dari jauh
bertuliskan Sakurannisha. Kemudian aku membuka pintu kamar dan menumpahkan diri dalam letih. Have a nice
dream beibh..
*hhaahha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar